Kamis, 14 Agustus 2014

Prioritas Konservasi

Manusia, Prioritas Utama Dalam
Konservasi


Banyaknya satwa liar yang bermigrasi ke tempat pemukiman padat penduduk di sebabkan dampak dari banyaknya alih fungsi hutan dan deforestasi yang tinggi pada habitat aslinya. Pertemuan ini bisa memicu konflik di antara keduanya. Tidak sedikit konflik antara manusia dan satwa liar yang menelan korban luka maupun jiwa. Jika konflik sudah terjadi, dari pihak satwa pasti menjadi pihak yang paling di salahkan, dan selalu berada di pihak yang kalah.

Seperti di daerah Karang Asem, Bali. Seorang lelaki tewas akibat di serang sekelompok monyet berekor panjang (Macaca fascicularis) di sebuah taman. Kemudian Bupati mengeluarkan pernyataan yang sangat mengejutkan. Sang bupati mengintruksikan agar monyet monyet yang berkeliaran di daerah taman harus di bunuh, dengan cara di masukan bandil (Daun getah berduri) ke dalam anus monyet tersebut dan akhirnya kesakitan dan saling bunuh satu sama lain.


Induk Monyet & Anaknya
Pernyataan itu langsung menuai kecaman keras dari berbagai pihak. Terutama dari pecinta satwa, para aktifis lingkungan dan LSM seperti ProFauna misalnya. Pernyataan yang profokatif itu tidak sepantasnya keluar dari mulut sang bupati. Bupati di harapkan tidak memposisikan satwa liar sebagai musuh yang harus di perlakukan dengan keji. Tindakan ini justru di kawatirkan dapat memicu sifat agresif satwa liar yang sudah terlanjur hidup di lingkungan manusia. Bahkan beberapa kalangan berpendapat bahwa pernyataan sang bupati seperti orang bar bar. Ini seperti tidak sesuai dengan keselarasan antara alam, lingkungan, manusia dan sang pencipta. 

Monyet Rkor Panjang
Sang bupati harusnya bisa lebih arif dan mendengarkan pendapat para ahli, tokoh masyarakat, aktifis lingkungan, ahli ekologi dan ilmuwan. Masih banyak solusi untuk mengakhiri konflik seperti ini, misalnya dengan cara merelokasi satwa ke daerah yang masih terdapat hutan hijaunya. Dalam aturan main tentang konservasi satwa liar memang harus ada prioritas yang utama, yaitu manusia. Tapi bukan berarti kita harus melakukan pembantaian seperti intruksi sang bupati. Semua satwa di alam di ciptakan juga untuk keseimbanga alam itu sendiri. Dan yang paling utama adah semua makluk hidup di alam ini juga ciptaan Tuhan, jadi kita manusia juga wajib menghormati hak hidup semua makluk hidup ciptaan Tuhan yang hidup dan bernafas.

Semoga cerita ini bisa menjadi pembelajaran untk kita semua.

AC.WNGWT



Tidak ada komentar:

Posting Komentar