Melihat
Gaza Dengan Mata Hati
Tanggal 9 juli 2014
bangsa Indonesia sukses merayakan pesta demokrasi. Saya bilang sukses karena
terlaksananya pemilu capres dan cawapres dengan tertib dan damai. Sebagai
bangsa pluralisme yang besar kita patut bangga dengan kedamaian di tengah
perbedaan. Sambil menunggu keputusan pemenang capres dan cawapres yang di
umumkan tanggal 22 juli, kita semua sudah di kejutkan dengan berita baru, yaitu
serangan Israel di Jalur Gaza dengan tajuk "Gaza Membara".
Saya agak terkejut
karena banyak stasiun tv dan surat kabar menyiarkan berita tentang Israel yang
memborbardir Palestina di Gaza. Serangan itu menuai kecaman dan protes keras
dari seluruh dunia, terutama dari negara – negara islam. Saya kemudian bertanya
tanya apa sebabnya sampai Israel semurka itu. Pasti ada sebabnya sampai Israel
seperti ingin membumi hanguskan Palestina.
Dari info yang saya
dapat katanya tiga pemuda Israel telah di culik oleh Hamas di Gaza. Kemudian
Israel menuntut balas. Dari info lain yang saya dengar, Hamas melakukan
penculikan itu karena membalas Israel yang telah menembakan roket ke markas
Hamas. Masing – masing mengaku bahwa dirinya benar, dan tidak ada yang mau
kalah, alias keras kepala. Dari berita yang simpang siur tersebut, saya tidak
tau mana yang benar atau salah. Dan kenyataan nya sekarang Gaza telah di gempur
habis – habisan oleh Israel.
Konflik yang
berkepanjangan antara Israel – Palestina bukanlah berita baru bagi dunia. Dan konflik
ini sudah menelan korban ratusan bahkan ribuan jiwa dari kedua belah pihak,
baik itu militer ataupun warga sipil. Atasa dasar kemanusiaan saya pribadi juga
tidak membenarkan tindakan Israel yang telah meng agresi Palestina secara
militer. Semua bentuk penjajahan dan penindasan harus di hapuskan di seluruh
dunia, karena kemerdekaan itu adalah hak yang paling hakiki semua bangsa di
muka bumi. Tapi saya juga tidak menelan semua berita itu dengan mentah –
mentah.
Jatuhnya korban dari
pihak Palestina terus menerus di tayangkan secara berulang ulang. Sedangkan
dari pihak Israel tidak pernah di liput. Dalam merangkai dan menyiarkan berita,
stasiun tv dan surat kabar di Indonesia kadang terkesan berat sebelah atau memihak. Semua
ini seperti di rangkai sedemikian rupa oleh kelompok tertentu guna menuai satu
kepentingan golongan untuk menuai simpati.
Walaupun Indonesia
bukan negara islam, tapi Indonesia adalah negara yang berpenduduk mayoritas
islam. Oleh karena itu Indonesia juga berperan aktif dalam perdamaian di timur
tengah, terutama perdamaian Israel – Palestina. Tapi menurut sudut pandang
saya, masyarakat Indonesia sering salah mengartikan dalam memandang masalah
konflik di Palestina. Masyarakat Indonesia sering mengartikan bahwa yang
terjadi di Palestina adalah perang agama antara islam melawan kaun zionis yahudi. Tidak banyak yang tahu bahwa persentase terbesar
penduduk di Palestina adalah penganut yahudi bukan muslim atau nasrani
yang selama ini dikenal. Hal ini disampaikan oleh Duta besar
Palestina untuk Indonesia, Fariz Mehdawi ketika ditemui dalam seminar
memperingati Hari Internasional Solidaritas untuk Palestina yang
berlangsung di Auditorium Yustinus Universitas Atmadjaya, Jakarta Rabu
(30/11/2011). Perang mereka adalah perang untuk memperebutkan tanah air, bukan perang
agama. Dan masalah seperti ini sepertinya terus menerus di jadikan alat untuk
mendoktrin masyarakat Indonesia, dan sepertinya berhasil.
Indonesia adalah negara
pluralisme yang besar. Terdiri dari banyak suku bangsa, agama, budaya dan
bahasa. Oleh karena itu tidak lah tepat jika Indonesia menjadi negara agama.
Sudah benar jika negara kita adalah Bhineka Tunggal Ika, berbeda beda tetapi
tetap satu, INDONESIA. Akan tetapi saya tetap berprinsip, bahwa kita harus
menghargai hak untuk hidup semua makluk hidup dan bernafas ciptaan Tuhan di
seluruh muka bumi ini, yaitu Manusia, Binatang dan juga Tumbuhan.
Peace For The
Palestinians,, Peace For Humanity.
AC WNGWT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar