Senin, 01 September 2014

owa owa



Chanee Kalaweit


Chanee Kalaweit
Seorang pelajar asal Perancis berumur 12 tahun, Aurelien Francis Brule, untuk pertama kali di ajak oleh ibunya berlibur ke kebun binatang (bunbin) yang tidak jauh dari rumahnya di Distrik var, Perancis. Ketika sedang melintas di depan  kandang owa owa (Hylobates muelleri) atau yang lebih di kenal dengan nama kelempiau, dia berhenti sejenak. Pandangannya tertuju pada owa owa. Dia melihat seekor owa owa sedang bersedih di sudut kandangnya, di saat semua binatang sedang asyik bermain. Karena owa owa biasa hidup berpasangan, dan melakukan aktifitasnya di atas pepohonan hutan

Kejadian ini kemudian sangat memotifasi Brule untuk mempelajari semua perilaku owa owa. Rasa keingin tahuan yang besar itu dia tunjukkan dengan rutinitasnya mengunjungi bunbin yang berjarak 30 km itu tanpa sang ibu setiap hari rabu, pada waktu libur sekolah. Dia bisa menghabiskan waktu 8 - 9 jam di bunbin untuk mengamati perilaku semua binatang, terutama owa owa. Rutinitas kunjungan ini dia lakukan selama hampir 5 tahun.

Umur 16 tahun dia mencoba menulis sebuah artikel tentang owa owa, dan mengirimkannya ke sebuah editor, kemudian di terbitkan dalam bentuk sebuah buku. Buku ini banyak menarik perhatian masyarakat Perancis, salah satunya adalah artis papan atas Muriel Robin. Karena tidak biasa di kalangan remaja atau anak - anak muda yang perduli dengan lingkungan dan satwa liar. Setelah membaca buku tersebut, Robin bertemu dengan penulisnya, si Brule. Robin bersedia membiayai Brule pergi ke Thailand selama 3 bulan untuk mengobservasi owa owa di habitat aslinya.

Umur 18 tahun dia memulai berkecimpung dalam kegiatan yang berhubungan dengan kehidupan owa owa. Warga Thailan yang ikut membantu kegiatan Brule menjulukinya sebagai "Chanee", yang berarti owa owa. Ketika terjadi kebakaran hutan di Kalimantan, dia memutuskan datang ke Indonesia, dengan pertimbangan bahwa di Kalimantan masih terdapat banyak hutan sebagai habitat alami owa owa dan semua pokok permasalahannya. Ada 17 jenis owa owa di dunia, 7 di antaranya terdapat di Indonesia.


Owa - owa (Hylobates muelleri)
Mei tahun 1998 dia datang ke Indonesia dan langsung menuju ke kalimantan tengah. Saat itu di Indonesia sedang terjadi pergolakan politik, tapi semua itu tidak munyurutkan niatnya untuk menolong nasib owa owa. Disana kemudian dia mendirikan balai konservasi untuk perlindungan owa owa yang di beri nama "KALAWEIT", yang berarti owa owa dalam bahasa Dayak Ngaju, kalteng. Konservasi Kalaweit yang didirikannya kemudian merangkul semua pihak dinas yang terkait seperti BKSDA kalteng, dinas kehutanan, kementrian kehutanan dan masyarakat setempat. Akhirnya gayung bersambut, tiga bulan kemudian segala perijinan nya tuntas dan bisa langsung beroperasi.

Saat ini konservasi Kalaweit merupakan konservasi owa owa terbesar di kalimantan. Brule juga membangun konservasi owa owa di kabupaten Solok, Sumatra Barat. Kecintaanya pada owa owa dan semua yang telah dilakukan, Aurelian Francis Brule sekarang lebih di kenal dengan nama Chanee Kalaweit. Kata "Chanee" (Thailand)  dan "Kalaweit" (Dayak Ngaju) mempunyai arti yang sama yaitu owa owa.

Apa yang telah di lakukan oleh Aurelian Francis Brule / Chanee Kalaweit pantas di apresiasi oleh seluruh masyarakat kalimantan kususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Perjuangan Brule untuk menyelamatkan owa owa tidak berhenti sampai di sini. Agar bisa membuat dirinya lebih fokus dalam menjalankan tugasnya menyelamatkan owa owa, Brule ingin menjadi seorang WNI. 

Sebagai anak bangsa yang mencintai keaneka ragaman hayati, membuat kita harus selalu siap mengikuti jejak Brule yang notabene sebagai warga asing tetapi lebih bersungguh - sungguh dalam mendedikasikan hidupnya untuk mengkonservasi lingkungan dan alam Indonesi.

AC.WNGWT

3 komentar:

  1. http://www.bekantan.org/2015/02/dialog-selamatkan-bekantan-di-i-radio.html

    BalasHapus
  2. Apakah beliau telah menjadi WNI?....terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo bung Robbi,, sekarang beliau sudah resmi menjadi warga Indonesia kira kira sejak 4 tahun yang lalu, dan beristrikan perempuan dari suku Dayak Ngaju,, di Barito.

      Hapus