Minggu, 08 Juni 2014

Laporan WWF Kalimantan Barat


Jumlah Orangutan Borneo yang Paling Terancam Berhasil Diidentifikasi. 
Diperlukan Aksi Perlindungan Segera

Studi paling komprehensif mengenai penyebaran Orangutan Borneo wilayah Barat (Pongo pygmaeus pygmaeus) di Taman Nasional Betung Kerihun dan areal hutan sekitarnya menunjukkan bahwa sub spesies ini membutuhkan aksi perlindungan segera, menyusul tingginya fragmentasi habitat dan perburuan serta perdagangan satwa liar di daerah ini dalam beberapa dekade terakhir. 

Kelompok Pongo pygmaeus pygmaeus hanya ditemukan di Kalimantan Barat (Indonesia) dan Sarawak (Malaysia) dan merupakan sub spesies yang paling terancam di antara tiga sub spesies orangutan yang diketemukan di Borneo dewasa ini.
Laporan yang dirilis di Pontianak menyimpulkan bahwa sekitar 1.030 ekor orangutan Borneo Wilayah Barat ditemukan hidup di dalam dan di sekitar Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK), yaitu dari total sekitar 4.800 individu sub spesies ini yang tersisa di Borneo.

Studi ini merupakan kajian pertama yang secara spesifik berhasil mengidentifikasi sebaran habitat dan populasi satwa ini di kawasan tersebut, sekaligus menunjukkan pentingnya upaya perlindungan segera. Bapak Albertus Tjiu, Spesies Conservation Program Officer, WWF-Indonesia di Putussibau, Kalimantan Barat mengatakan Guna memastikan keberlangsungan hidupnya di alam, populasi ini membutuhkan upaya perlindungan khusus dan harus dimonitor keberadaannya dalam jangka panjang. Hal ini penting mengingat populasi sub species P.p. pygmaeus ini memiliki kesempatan hidup yang cukup besar mewakili taxon ini di seluruh Borneo.

Orangutan Borneo wilayah Barat ini juga telah ditetapkan sebagai populasi dengan prioritas tertinggi atau "High priority Population" oleh program Great Ape Survival yang diinisiasi oleh UNESCO dan UNEP. Tindakan khusus yang perlu diambil termasuk diantaranya penegakan hukum dengan kebijakan "nol persen perburuan" (zero hunting) di dalam kawasan taman nasional; perluasan kawasan dilindungi di Daerah Aliran Sungai Embaloh; pemantauan sub-populasi yang hidup di bagian barat kawasan taman nasional; dan mendorong terciptanya kawasan lindung lintas batas sepanjang wilayah perbatasan Indonesia - Malaysia.

Selain mendapatkan populasi orangutan di dalam kawasan taman nasional, survey ini juga menemukan bahwa terdapat jumlah populasi yang cukup signifikan di luar kawasan. Salah satu upaya prioritas untuk melindungi sub spesies yang berada di luar taman nasional adalah dengan mengkaji dan mengidentifikasi hutan penting yang menjadi habitat orangutan. Hasil dari kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi penting guna mendesain strategi konservasi jangka panjang pada tingkatan lansekap. "Sampai kajian tersebut dilakukan, semestinya tidak ada konversi hutan bernilai tinggi atau yang diduga menjadi habitat orangutan untuk tujuan apapun".

Laporan ini disusun berdasarkan survey di dalam dan di sekitar Taman Nasional Betung Kerihun termasuk di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum, yang dilakukan oleh WWF-Indonesia dan mitra lainnya. Survei yang dilakukan pada tahun 2005 ini melibatkan Balai Taman Nasional Betung Kerihun, BKSDA, LSM lokal dan masyarakat setempat dengan bantuan teknis dari Kinabatangan Orangutan Conservation Project. Survei ini dilakukan dengan metodologi wawancara, analisis pemetaan, kajian habitat dan sensus transek garis.



Berdasarkan survei ini, WWF dan mitranya merekomendasikan adanya pembangunan koridor hutan yang menghubungkan dua populasi orangutan di Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum sebagai langkah penting untuk memastikan keberlangsungan jangka panjang sub spesies ini di Borneo. Kedua taman nasional ini berada di jantung hutan borneo atau yang dikenal sebagai inisiatif "Heart of Borneo", yaitu inisiatif konservasi lintas batas yang melibatkan pemerintah Brunei, Indonesia dan Malaysia guna melindungi dan mengelola secara lestari salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia di Borneo.

Pemerintah Indonesia sangat berkomitmen terhadap perlindungan populasi orangutan dan habitatnya dan akan bekerja dengan semua pihak yang terkait untuk menciptakan sinergi bagi efektifnya upaya konservasi Orangutan. Komitmen ini telah dituangkan dalam Rencana Aksi Orangutan Borneo yang dihasilkan dalam lokakarya di Pontianak.

Laporan WWF Kalimantan Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar